Sinar matahari
mulai menghangatkan dunia, dengan cahaya indah nan terang telah membuka
kegelapan malam. Rena berkali-kali melihat jam ditangannya, belum satupun bus
yang lewat pada jam itu, suasana halte juga sudah mulai sepi. Perasaan gelisah pun muncul, Rena takut kalau terlambat dan
kena hukuman. Tapi kemudian, datang seorang cowok menggunakan seragam yang sama
seperti Rena. Si cowok duduk di sebelah Rena sambil melihat jam tangannya.
Sesekali Rena melirik kearah si cowok, tapi si cowok diam saja sambil asyik
mendengarkan musik. Keheningan
terjadi, sampai akhirnya bus pun tiba.
Hari berikutnya,
Rena barengan lagi dengan cowok kemarin. Sesekali Rena melirik lagi ke arah si cowok. “Kamu anak kelas dua ya?” Kata si cowok sambil mengarahkan
pandangannya ke bawah tanpa melihat Rena. Suara itu mengagetkan Rena seketika.
“Ehh.. ii.. iiiyaaa..” suara Rena menjadi terbata-bata. Dengan santai si cowok mengulurkan tangannya sambil tersenyum ke arah Rena. “Aku Gery, anak kelas tiga”. Rena tersenyum kecil sambil tersipu
malu “Aku Rena”. Hari itu pun berbeda dengan hari kemaren, tak ada lagi keheningan, yang ada gurauan-gurauan senang.
Seiring
berjalannya waktu, Rena dan Gery bertambah akrab layaknya sahabat.
Setiap hari, mereka selalu menghabiskan
waktu bersama. Bercanda dan bertengkar sudah menjadi kebiasaan mereka. Tapi
hati kecil Rena merasakan sesuatu yang lain, sesuatu yang melebihi kasih
seorang sahabat. Rena selalu memperhatikan Gery, dan selalu berharap Gery
memiliki prasaan yang sama, yang bukan hanya sekedar sahabat, tapi lebih, lebih
dari itu. “Gery selalu bersikap baik denganku, selalu memperhatikanku juga.
Tapi, kenapa dia ngga segera ngungkapin perasaannya kalaupun dia punya prasaan
yang sama denganku? Apa dia takut?” Tanya Rena pada dirinya sendiri. “Heeyyyy..” teriak Gery sambil menepuk pundak
Rena. Lamunan Rena menghilang seketika karena teriakkan itu. “Dasar.. ngagetin
aja” Balas Rena sambil menepuk tangan Gery. “Lha kamu ngelamun aja sih” kata
Gery tertawa.
“Eh Ger, besok
jadi kan?” Tanya Rena sambil tersenyum. “Maaf banget Ren, aku besok gak bisa.”
Jawab Gery pelan. “Kenapa?” Rena mulai
kecewa. “Aku udah janji sama Tiara.” Jawab Gery santai. “Tiara?” Rena kaget
sekaligus bingung dengan jawaban Gery. “Oh iya ya. Aku belum ngasih tau kamu
kan kalau aku udah jadian sama dia. Aku lupa ren.” Jelas Gery sambil tertawa
kecil.
Hampir saja Rena menangis saat itu, tapi dia terus
berusaha tetap tenang dan tersenyum, meskipun jauh di dalam hatinya sangat
sangat sakit. Ternyata cintanya selama ini hanya bertepuk sebelah tangan.
Ternyata Gery tidak memiliki perasaan yang sama
seperti Rena. Tapi kenapa Gery begitu perhatian dan memberi kenyamanan kepada
Rena seperti bukan sekedar
sahabat saja, itu seperti lebih. Tapi
kenapa? Kenapa ini berbeda?
“Hey Ren.. kok
malah ngelamun sih?” Tanya Gery cemas. “Oh.. engga kok Ger, selamat ya, udah
sama Tiara sekarang.” Jawab Rena tak bersemangat dan berusaha tersenyum seceria
mungkin. “haha.. makasi Ren, kamu gak minta traktiran apa?” Canda Gery. Rena yang
ingin sekali menangis waktu itu, menolak dan segera pergi meninggalkan Gery.
“Sorry ger, aku ada les” kata Rena sambil berlari, air matanya mulai jatuh
sedikit demi sedikit. Gery langsung heran dan hanya bisa melihat Rena berlari pergi. “Sejak kapan dia ikut les?” Tanya Gery pada
dirinya sendiri.
Sesampainya di
rumah, Rena benar-benar sangat sedih, hati kecilnya terasa sakit mendengar
kata-kata Gery tadi. Air mata terus berlinang di pipi Rena. Lama Rena menunggu
sebuah kepastian, dan akhirnya kepastian itu datang dan membawa luka yang sakit
sekali. Kini Rena tau, Gery hanya menganggapnya sebatas
sahabat. Harapan Rena pun sudah hilang,
memang tak mungkin Gery memiliki perasaan yang
sama.
“Kok tumben Rena
gak ada, apa dia ngga masuk sekolah?” Tanya Gery pada dirinya sendiri saat
menunggu bus datang. Di sekolah pun, Gery tidak melihat Rena.
Hari berikutnya
pun begitu, Gery tidak bersama Rena. Hingga akhirnya sampai beberapa minggu.
Gery merasa khawatir dan heran. Dia merasakan kehilangan sosok Rena yang selalu
bersamanya setiap hari. Tidak biasanya Rena meninggalkannya begitu saja tanpa
mengabarinya. Karena khawatir, sepulang sekolah Gery langsung pergi ke rumah
Rena untuk melihat keadaannya. Tapi sayang sekali, Rena tak ada di rumah waktu
itu. Gery memutuskan untuk pulang dan akan menemuinya lagi besok.
Hujan mulai turun
membasahi Gery, dia tetap saja berjalan pulang hingga akhirnya hujan mulai
turun dengan derasnya. Seketika air tak lagi membasahi Gery, sebuah payung merah telah
melindunginya. Gery langsung menoleh kearah pemilik payung. “Renaa..” Teriak
Gery senang. Rena hanya tersenyum dan menghela nafas sedikit. “Kamu kemana saja
beberapa minggu ini? Kenapa kamu tidak mengabariku dan menghilang begitu saja?”
Tanya Gery setengah marah. Rena hanya diam dan kemudian air matanya jatuh.
“Kamu kenapa Ren? Kenapa kamu nangis?” Tanya Gery semakin khawatir. “Maaf
sebelumnya ger. Aku cuman takut akan melukai hatiku sebelum semakin jauh. Aku
ingin sekali mengatakannya dari dulu, karena aku memiliki rasa yang lebih dari
sahabat. Aku berharap kamu juga punya rasa yang sama denganku. Tapi apa?
Ternyata itu semua cuman harapan ger. Aku udah lama nunggu kalau kamu bakal
ngungkapin ke aku, sampai akhirnya kamu punya Tiara.” Jelas Rena sambil
menangis. “Aku udah ngga sama
Tiara ren. Kamu tau kenapa? Karna aku nyaman denganmu. Semenjak kamu
menghilang, aku terus memikirkanmu meskipun aku sudah punya Tiara. Aku merasa
kehilangan sosok sepertimu ren. Sekarang aku sadar. Kalau aku ternyata juga
punya perasaan yang sama sepertimu. Aku sayang kamu ren.” Rena pun semakin
menangis, tapi kali ini sambil tersenyum bahagia. Inilah cinta, kadang kita
tidak tau, kapan itu akan datang J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Harap memberi komentar yang sopan