Breaking News

Puisi

Gadget

Cerpen

Business

Rabu, 30 April 2014

This is Love

Sinar matahari mulai menghangatkan dunia, dengan cahaya indah nan terang telah membuka kegelapan malam. Rena berkali-kali melihat jam ditangannya, belum satupun bus yang lewat pada jam itu, suasana halte juga sudah mulai sepi. Perasaan gelisah pun muncul, Rena takut kalau terlambat dan kena hukuman. Tapi kemudian, datang seorang cowok menggunakan seragam yang sama seperti Rena. Si cowok duduk di sebelah Rena sambil melihat jam tangannya. Sesekali Rena melirik kearah si cowok, tapi si cowok diam saja sambil asyik mendengarkan musik. Keheningan terjadi, sampai akhirnya bus pun tiba.
Hari berikutnya, Rena barengan lagi dengan cowok kemarin. Sesekali Rena melirik lagi ke arah si cowok. “Kamu anak kelas dua ya?” Kata si cowok sambil mengarahkan pandangannya ke bawah tanpa melihat Rena. Suara itu mengagetkan Rena seketika. “Ehh.. ii.. iiiyaaa..” suara Rena menjadi terbata-bata. Dengan santai si cowok mengulurkan tangannya sambil tersenyum ke arah Rena. “Aku Gery, anak kelas tiga”. Rena tersenyum kecil sambil tersipu malu “Aku Rena”. Hari itu pun berbeda dengan hari kemaren, tak ada lagi keheningan, yang ada gurauan-gurauan senang.
Seiring berjalannya waktu, Rena dan Gery bertambah akrab layaknya sahabat. Setiap hari, mereka selalu menghabiskan waktu bersama. Bercanda dan bertengkar sudah menjadi kebiasaan mereka. Tapi hati kecil Rena merasakan sesuatu yang lain, sesuatu yang melebihi kasih seorang sahabat. Rena selalu memperhatikan Gery, dan selalu berharap Gery memiliki prasaan yang sama, yang bukan hanya sekedar sahabat, tapi lebih, lebih dari itu. “Gery selalu bersikap baik denganku, selalu memperhatikanku juga. Tapi, kenapa dia ngga segera ngungkapin perasaannya kalaupun dia punya prasaan yang sama denganku? Apa dia takut?” Tanya Rena pada dirinya sendiri.  “Heeyyyy..” teriak Gery sambil menepuk pundak Rena. Lamunan Rena menghilang seketika karena teriakkan itu. “Dasar.. ngagetin aja” Balas Rena sambil menepuk tangan Gery. “Lha kamu ngelamun aja sih” kata Gery tertawa.
“Eh Ger, besok jadi kan?” Tanya Rena sambil tersenyum. “Maaf banget Ren, aku besok gak bisa.” Jawab Gery pelan. “Kenapa?” Rena mulai kecewa. “Aku udah janji sama Tiara.” Jawab Gery santai. “Tiara?” Rena kaget sekaligus bingung dengan jawaban Gery. “Oh iya ya. Aku belum ngasih tau kamu kan kalau aku udah jadian sama dia. Aku lupa ren.” Jelas Gery sambil tertawa kecil. Hampir saja Rena menangis saat itu, tapi dia terus berusaha tetap tenang dan tersenyum, meskipun jauh di dalam hatinya sangat sangat sakit. Ternyata cintanya selama ini hanya bertepuk sebelah tangan. Ternyata Gery tidak memiliki perasaan yang sama seperti Rena. Tapi kenapa Gery begitu perhatian dan memberi kenyamanan kepada Rena seperti bukan sekedar sahabat saja, itu seperti lebih. Tapi kenapa? Kenapa ini berbeda?
“Hey Ren.. kok malah ngelamun sih?” Tanya Gery cemas. “Oh.. engga kok Ger, selamat ya, udah sama Tiara sekarang.” Jawab Rena tak bersemangat dan berusaha tersenyum seceria mungkin. “haha.. makasi Ren, kamu gak minta traktiran apa?” Canda Gery. Rena yang ingin sekali menangis waktu itu, menolak dan segera pergi meninggalkan Gery. “Sorry ger, aku ada les” kata Rena sambil berlari, air matanya mulai jatuh sedikit demi sedikit. Gery langsung heran dan hanya bisa melihat Rena berlari pergi. “Sejak kapan dia ikut les?” Tanya Gery pada dirinya sendiri.
Sesampainya di rumah, Rena benar-benar sangat sedih, hati kecilnya terasa sakit mendengar kata-kata Gery tadi. Air mata terus berlinang di pipi Rena. Lama Rena menunggu sebuah kepastian, dan akhirnya kepastian itu datang dan membawa luka yang sakit sekali. Kini Rena tau, Gery hanya menganggapnya sebatas sahabat. Harapan Rena pun  sudah hilang, memang tak mungkin Gery memiliki perasaan yang sama. 
“Kok tumben Rena gak ada, apa dia ngga masuk sekolah?” Tanya Gery pada dirinya sendiri saat menunggu bus datang. Di sekolah pun, Gery tidak melihat Rena.
Hari berikutnya pun begitu, Gery tidak bersama Rena. Hingga akhirnya sampai beberapa minggu. Gery merasa khawatir dan heran. Dia merasakan kehilangan sosok Rena yang selalu bersamanya setiap hari. Tidak biasanya Rena meninggalkannya begitu saja tanpa mengabarinya. Karena khawatir, sepulang sekolah Gery langsung pergi ke rumah Rena untuk melihat keadaannya. Tapi sayang sekali, Rena tak ada di rumah waktu itu. Gery memutuskan untuk pulang dan akan menemuinya lagi besok.
Hujan mulai turun membasahi Gery, dia tetap saja berjalan pulang hingga akhirnya hujan mulai turun dengan derasnya. Seketika air tak lagi membasahi Gery, sebuah payung merah telah melindunginya. Gery langsung menoleh kearah pemilik payung. “Renaa..” Teriak Gery senang. Rena hanya tersenyum dan menghela nafas sedikit. “Kamu kemana saja beberapa minggu ini? Kenapa kamu tidak mengabariku dan menghilang begitu saja?” Tanya Gery setengah marah. Rena hanya diam dan kemudian air matanya jatuh. “Kamu kenapa Ren? Kenapa kamu nangis?” Tanya Gery semakin khawatir. “Maaf sebelumnya ger. Aku cuman takut akan melukai hatiku sebelum semakin jauh. Aku ingin sekali mengatakannya dari dulu, karena aku memiliki rasa yang lebih dari sahabat. Aku berharap kamu juga punya rasa yang sama denganku. Tapi apa? Ternyata itu semua cuman harapan ger. Aku udah lama nunggu kalau kamu bakal ngungkapin ke aku, sampai akhirnya kamu punya Tiara.” Jelas Rena sambil menangis. “Aku udah ngga sama Tiara ren. Kamu tau kenapa? Karna aku nyaman denganmu. Semenjak kamu menghilang, aku terus memikirkanmu meskipun aku sudah punya Tiara. Aku merasa kehilangan sosok sepertimu ren. Sekarang aku sadar. Kalau aku ternyata juga punya perasaan yang sama sepertimu. Aku sayang kamu ren.” Rena pun semakin menangis, tapi kali ini sambil tersenyum bahagia. Inilah cinta, kadang kita tidak tau, kapan itu akan datang J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Harap memberi komentar yang sopan

Designed By