Udara malam ini sepertinya
tak mau bersahabat denganku.
Buktinya saja udara kali
ini terasa sangat dingin sekali, sang malam begitu egois tak mau membagi
sedikit saja kehangatan
untukku.
“Dingin
banget sih malem ini? Huft boring nggakk
ada kegiatan,” keluhku sambil
menggosok-gosokkan kedua telapak
tanganku, dan kali ini hangat
pun
mulai terasa walau tak permanen.
“Buka
Fb ah, kan udah lama juga aku nggak buka Fb, kangen juga, kira kira siapa aja
ya yang lagi online.” Ide tersebut muncul begitu saja, hingga akhirnya kuambil
sebuah ipad yang tergeletak seorang diri di atas meja kamarku, mulai kubuka dan
kusambungkan ke jaringan internet, dengan secepat kilat ipadku tersambung ke
internet dan kubukalah www.facebook.com, sangat mengesankan 87 pemberitahuan, 3
pesan dan 124 permintaan pertemanan
nangkring manis di berandaku.
“Gila
tumben banyak banget.
Ckckckck”
Mulai
kubuka satu per satu pemberitahuan, kali ini aku mulai tertawa geli melihat
salah satu peng-add-ku yang namanya cukup unik “NDOG CEPLOGH” benda berwarna
putih dengan variasi kuning bulat di tengahnya itu ternyata mejadi inspirasi
tersendiri bagi si pemilik facebook. “Hahaha.” Kali ini tawaku tak tertahankan, segera saja
kukonfirmasi permintaan pertemanannya, iseng iseng kulihat satu persatu foto di albumnya.
“Ganteng
juga ni anak,”
komentarku.
“Makasih
ya udah ngonfirmasi J”
Si
pemilik facebook NDOG CEPLOGH tiba tiba mengirimiku sebuah pesan.
“Oh
ya sama sama J,”
balasku.
“Kamu
namanya siapa? Kamu anak mana? Sekolah di mana? Rumahmu mana?” tanyanya seakan
akan menginterogasi
seorang pencuri yang tertangkap basah karena sedang ketahuan mencuri.
“Woi
woi, woles ajalah nanyanya, satu satu, itu namaku udah di FB, aku anak Surabaya,
sekolahku di salah satu SMA Negeri di Aurabaya, rumahku ya di Surabaya juga,
kamu sendiri?” tanyaku kemudian.
“Hehe,
ya maaf, jadi nama kamu Miranda Risalatul Mariza?
Wah bagus sekali, kalau namaku Adryan Bachtiar, aku anak Malang, aku sekolah di
salah satu SMA swasta di Malang, rumahku di Malang juga hehe, senang bisa
berkenalan denganmu J.”
“Iya,
nama kamu juga bagus kok, tapi kenapa Fbnya dikasih nama NDOG CEPLOGH? Sama,
aku juga senang sekali bisa berkenalan denganmu J.”
“Hehe,
nggak pa-pa, aku rasa nama NDOG
CEPLOGH itu unik aja.”
Pembicaraan
pun berlangsung hingga larut malam, selama itu aku selalu dibuat tertawa oleh
setiap gurauannya walupun hanya berupa tulisan di dunia maya, entah rasanya ada
yang menarik saja dari diri Adryan hingga tak terasa jam sudah menunjukkan puku
02.00 WIB.
“Eh
sudah malem banget loh! Kamu nggak tidur?” tanya
Adryan padaku.
“Iya
habis gini aku tidur kok J.”
“Ya
sudah cepet tidur ya, have a nice dream J.”
“Iya
J,
makasih. Kamu juga ya have a nice dream,” kataku, dan
mengakhiri pembicaraan di malam itu.
Keesokan
harinya Adryan menyapaku kembali dan pastinya seperti kemarin malam lewat media
facebook, sepertinya Adryan memiliki berjuta juta topik menarik untuk dibahas, buktinya
saja topik-topik yang dibahas Adryan membuatku selalu tertawa. Mengobrol dengan Adryan ibarat
saluran air yang bersih dari sampah,
jadi airnya bisa mengalir dengan lancar. Ya kurang lebih
begitulah.
Setahun
sudah aku mengenal Adryan Bachtiar rasanya waktu begitu singkat, bahkan aku
merasa bahwa baru saja kemarin aku mengenalnya, dan sekarang tidak hanya media
fb saja yang kugunakan untuk berkomunikasi dengannya tapi handphone juga,
terkadang SMS dan terkadang pula ia meneleponku. Rasanya nyambung banget tiap
ngobrol sama dia. Dan entahlah kali ini aku merasakan ada yang aneh dariku, aku
selalu tak tenang apabila sehari saja Adryan tak mengabariku, rasanya tak
tenang hati ini dan rasanya seperti ada satu bagian yang hilang dariku. Entahlah!
Apa mungkin aku… ah aku tak taulah.
Pagi
itu semenit, dua menit bla bla bla 1 jam, 4 jam, 6 jam kunanti SMS Adryan namun
tak kunjung datang juga, kegalauan pun mulai merasukiku, sebentar-sebentar kubuka
facebookku namun tak kunjung ada pesan juga yang masuk. Ke manakah gerangan
Adryan, jujur aku sangat menanti SMS-nya,
tapi aku tak mau menyerah,
aku akan tetap menantinya.
“SMS duluan.” Tiba tiba saja pemikiran
tersebut muncul.
“Ah
enggak ah, biarin dia dulu deh yang SMS, aku tunggu aja,” ucapku yang entah
yakin atau tidak bahwa dia hari ini akan SMS aku.
Akhirnya
penantianku tak sia-sia. Ya,
tepat pukul 16.00, Adryan SMS aku.
“Mir,
besok aku ke Surabaya, temui aku di PTC pukul 10 pagi, karena ini pertemuan
pertama kita. Please jangan ngecewain aku, aku nggak tau gimana kecewanya aku kalau sampai kamu nggak dateng,
besok aku pake hem biru, celana jins spatu kets ripcurl, aku tunggu di Frame Art.”
Tanpa
berpikir panjang aku segera
membalas SMS Adryan.
“Oke
aku pasti bakalan datangJ.
Besok aku pake baju warna biru juga, pokoknya aku bakalan SMS kamu deh.” Beberapa
detik kemudian SMSku terkirim.
Pagi ini aku begitu bersemangat, kali ini
aku berusaha berdandan secantik mungkin, aku tak mau tampil jelek di hadapan
Adryan, aku mau hari ini jadi hari terspesial untukku.Ttepat pukul 9.30 pagi
itu, aku segera meluncur menuju PTC ditemani oleh sopir pribadiku. Aku tak mau
telat. Tepat setengan jam kemudian aku tiba di PTC, aku pun segera masuk dan
menuju tempat yang telah disebutkan Adryan sebelumnya. Sesekali aku melirik ke kanan ke kiri namun tak kunjung
kutemukan sosok Adryan di
sana.
“Mir….”
Seseorang
menepuk bahuku dari belakang, sontak aku pun menoleh, berharap dia adalah
Adryan.
“Loh
Ryan! Apa kabar kamu? Udah lama ya kita nggak ketemu,” kataku pada seorang
cowok yang tadi menepuk bahuku. Ryan adalah temanku sejak SD hingga SMP dan saat SMA dia sekolah di luar kota, entah di mana.
“Aku
baik aja kok Mir. Iya
Mir udah lama banget,
udah setahun lebih.”
“Syukurlah… oh ya, kamu sekolah di mana sih? Kok kayaknya
gak ada kabar gitu.”
“Aku
sekolah di Malang,
Mir.”
“Oh
gitu, jauh banget ya! Oh ya kamu sama siapa ke sini?”
“Aku
sendirian Mir, dan aku ke
sini
karena ada janji sama seseorang.”
Terdiam. “Dan orang itu adalah kamu, Mir,” kata Adryan dalam hati.
“Oh
gitu, aku juga lagi ada janji nih, tapi nggak tau dari tadi aku celingukan nggak
liat orangnya,”
kataku, dan sesekali celingukan. ”Kamu?
Orang yang kamu tunggu udah dateng?” tanyaku sekali lagi.
“Udah
Mir, dia cantik sekali.”
“Eh, mana orangnya? Pacar
baru kamu ya? Hayo! Ngaku deh… hehe,”
tanyaku penasaran,
dengan nada sedikit bergurau.
“Emang
kamu mau jadi pacar aku Mir?” tanya Ryan, dan sontak aku pun tercengang
kaget.
kaget.
“Maksud
kamu?” tanyaku heran.
“Kamu
belum nyadar juga,
Mir?” tanya Ryan lagi.
Aku
terdiam sejenak dan seketika itu aku memeluk Ryan erat-erat, seakan-akan aku tak mau
melepaskan pelukanku dari Ryan.
“Jadi
Adryan itu kamu?” tanyaku yang mulai menitikkan air mata. Ryan pun hanya
mengangguk. ”Maafin
aku Yan, aku nggak nyadar. Lalu di fb itu? Foto siapa?”
tanyaku.
“Oh
itu, itu foto Arya, adek tiri aku.”
“Oh
gitu, kamu jahat banget sih Yan
udah boongin aku.
Coba dari dulu kamu ngaku
sebagai Ryan,”
protesku.
“Hehe,
maafin aku deh Mir.”
“Iya
iya, em… btw makasih banget ya Yan selama setahun ini kamu udah buat hidupku
jadi berwarna,” kataku. Ryan pun hanya mengangguk takzim.
“Jadi
gimana sama pertanyaanku tadi?”
“Em, menurut kamu?” kataku
manja.
“Ya
begitulah!” jawab Ryan sok cuek.
Ryan
dan aku pun tertawa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Harap memberi komentar yang sopan