Breaking News

Puisi

Gadget

Cerpen

Business

Minggu, 23 Februari 2014

KENANGAN BINTANG PUCAT

Seperti malam ini,aku sedang memandang bintang-bintang yang diciptakan oleh Tuhan. Bintang-bintang mala mini banyak sekali,berkelap kelip menghias langit malam yang hitam pekat. Di sisi lain bulan pun terlihat gembira menemani bintang-bintang yang berkelap-kelip dengan cahayanya yang indah. Menghadirkan dunia malam ini begitu indah. Aku sangat bersyukur karena hingga saat ini Tuhan masih memberiku kesempatanuntuk menyaksikan keindahan mala mini.
Aku percaya bahwa tuhan akan selalu ada bersama kita. Tak perduli separah apa pun penyakit yang kita derita. Tuhan akan selalu ada bersama kita.  Malam semakin larut,bintang-bintang semakin memperindah malam ini. Aku tak henti-hentinya berdecak kagum. Ku coba untuk menerka-nerka macam-macam rasi bintang. Tapi hal itu sulit,karena aku kurang tau letak-letak rasi bintang tersebut.
“Hay,sedang melihat bintang ya?”Tanya seseorang dari belakangku. Aku menoleh dan berharap itu bukan Dewi. Karena dia pasti akan mengajakku kembali ke kamar.Samar-samar wajah orang itu pun terlihat. Giza…,ya dia Giza. Aku masih mengingat wajahnya yang tampan walaupun sedikit pucat. Aku mengenal dia karna aku pernah bertemu dengan dia di lobi RS.
“Bolehkah aku begabung bersamamu?” Tanya nya sekali lagi. Aku hanya mengangguk pertanda setuju. Dan dia pun segera duduk di bangku panjang sebelahku.
“Hay,siapa nama mu? Dan dimana teman kamu itu?”tanyanya
“ Namaku Tika, dan teman yang kau maksud itu adalah Dewi. Dia sekarang pasti lagi di kamar bersama mama dan papa.”jawabku. ku lihat dia hanya mengangguk lalu menolehkan kepalanyauntuk melihat bintang.
“Kau tau,sebelum kau disini. Biasanya aku selalu datang kesini untuk melihat bintang. Tapi sejak ada kau kini,aku tak merasa kesepian.” Dia berhenti sejenak,seolah-olah ingin memikirkan sesuatu. Lalu dia melanjutkan pembicaraannya.
“ Kau sungguh sangat beruntung. Di saat kau sakit begini,ada orang tua dan sahabat yang selalu mendampingimu. Jujur…,aku merasa sangat iri padamu.”
Aku terpaku mendengar kata-katanya. Aku tak bisa mengatakan apa-apa. Aku teringat papa,mama  dan Dewi. Mereka selalu mendampingiku setiap saat. Tanpa kenal lelah mereka selalu menjagaku. Tak pernah terpikirkan olehku selama ini,bagaimana susahnya mereka merawatku. Aku tak pernah berpikir bagaimana pengorbanan papa,mama dan dewi. Aku ini adalah orang yang egois dan  keras kepala. Tanpa terasa air mata mengalir membasahi kedua pipi ini. Giza terkejut saat menyaksikan aku menangis.
“ Kenapa kau menangis?apakah aku mengatakan sesuatu yang menyakitimu?”tanyanya. tapi aku hanya menggeleng.
“ Lalu kenapa kau menangis? Certalah padaku? “Lalu kata demi kata mulai ku ceritakan kepada Giza.
“ Aku menagis karena aku merasa bersalah pada papa,mama,dan dewi. Aku sudah menyusahkan meraka selama ini. Aku ini egois dank eras kepala. Karena aku papa harus bekerja keras siang dan malam hanya untuk pengobatan penyakitku yang tak ada akhirnya. Dewi dan mama juga begitu. Setiap hari mereka selalu menjagaku dan merawatku. Kalu mereka terlalu mengurusi aku, bisa-bisa kesehatan mereka bisa terganggu. Dan aku tak ingin mereka seperti itu. Mungin jika aku mati,semua akan menjadi lebih baik.”
“Tika..!! dengarkan aku!”kata Giza dengan nada yang tinggi.
“ Kau jangan pernah berpikir untuk mati hanya karna penyakit seperti ini. Apa kau tidak kasihan pada papa,mama,dan juga dewi. Mereka selalu merawatmu, berharap kelak kau akan sembuh suatu hari nanti. Apa kau tega mengecewakan harapan orang-orang yang telah sayang padamu?”Aku hanya bisa menunduk, aku tak berani memandang wajah Giza. Giza benar,bila aku mati. Mam,papa,dan dewi pasti akan sangat sedih. Dan aku tak ingin mereka seperti itu.
“Tika,coba kau tatap aku, apa yang kau lihat dari wajahku ini?”perintah Giza. Aku mencoba untuk menatap wajah Giza. Bisa ku lihat wajahnya yang pucat dan matanya yang sayu. Dari matanya dapat kurasakan bahwa ia sangat kesepian. Tak ada teman yang bisa di ajak berbagi baik suka atau duka.
“ Apa yang kau lihat?”
“ Kau terlihat kesepian.” Giza menghembuskan nafas panjang dan kemudian terdiam sejenak merenungi sesuatu.
“ Kau sungguh beruntung Tika!” katanya memecah kesunyian.
“ Kau mempunyai orang tua dan sahabat yang selalu siap melayani apa yang kau butuhkan. Mereka sangat menyayangimu,selalu hadir di sisimu. Aku tak akn pernah bisa sepertimu. Karna kau tak punya orang yang selalu hadir di sisiku. Setiap sakit,aku selalu sendiri dan selalu snediri. Tak ada yang menemaniku. Aku berjuang melawan penyakit ini seorang diri. Dan aku tak ingin dikalahkan oleh penyakit ini. Aku harus menang,akan aku tunjukan kepada mereka,bahwa aku bisa melakukan ini semua seorang diri.”kata Giza dengan semangat. Aku mengerti perasaannya. Tapi di manakh orang tua nya?.
“Giza,bolehkah aku bertanya kepadamu?tanyaku
“Silahkan..”
“Di mankah ke dua orang tuamu?”tanyaku dengan suara yang perlahan. Aku takut kalau pertanyaanku itu nanti akan melukai Giza. Giza hanya terdiam,suasana menjadi hening. Giza hanya menunduk saja tanpa mengucapkan sepatah katapun. Aku juga terdiam. Suasana bertambah menjadi hening dan sepi. Hanya ada tiupan angin malam yang sangat dingin hingga menusuk tulang.
“ Kedua orang tyuaku telah meninggal tika.”jawab Giza lirih. Aku semakin terdiam setelah mendengar jawaban dari Giza. Aku tak menyangka jika Giza begitu kesepian. Aku memang sangat beruntung karna aku masih punya orang-orang yang perduli dan saying kepadaku.

“Maaf Giza,aku tak bermaksud membuatmu menjadi sedih.” Kataku.
“Iya,aku tau maaf telah membuatmu menjadi berpikir yang macam-macam.”jawabnya. kami berdua terdiam sesaat.
“Tika coba kau lihat itu?”Tanya Giza. Aku hanya menggeleng.
“ Aku tak tau macam-macam rasi bintang.”jawabku.
“Itu adalah leo.” Jawab giza.
“ Dan tak jadi masalah jika kau tak tau macam-macam rasi bintang. Yang kau butuhkan hanyalah imajinasi. Gunakan imajinasimu untuk melihat-lihat bentuk-bentuk dari rasi bintang tersebut.” Aku menuruti kata-kata Giza. Kupandangi bintang-bintang itu sembari berpikir.
“Ya,itu adalah orcha.” Kataku riang sambil menunjuk ke salah satu kelompok bintang itu.
“Bagus..!” jawab Giza. Dan kami pun menjalani asyiknya menebak-nebak rasi bintanghingga tak sadar bahwa malam semakin larut. Dan dewi pun menjemputku.
“ Tika,sekarang sudah saatnya kembali ke kamar.”kata dewi.
“Yah..Dewi,aku masih ingin berada di sini.”pintaku. dewi pun hanya menatapku dengan tajam seolah-olah dia ingin memarahiku.
“Jangan tatap aku seperti itu,memangnya kau piker aku dalah siapa?”
“Aku adalah orcha. Dan kini saatnya kau kembali ke kamarmu.” Aku hanya tersanyum mendengar dewi. Karna memang sejak dulu aku ingin sekali menjadi orcha. Berenang dengan bebas di lautan yang luas.
“Giza,aku kembali dulu ya. Terima kasih karna kau telah menemaniku mala mini.” Kataku. Giza hanya tersenyum. Dan akupun kembali ke kamarku untuk istirahat.
###
Pagi yang cerah kini telah datang. Sang suya kembali menjalankan tugasnya untuk menerangi dunia ini. Membagi energi kepada seluruh makhluk hidup di dunia iniuntuk menjalankan aktivitas mereka sehari-hari.
Sayup-sayup ku dengar suara burung berkicau dari luar jendela. Burung-burung itu bernyanyi dengan sangat riang. Menyanyikan lagu selamat pagi bagi sang surya. Matahari musim semi yang hangat perlahan-lahan mulai menghangatkan ruangan tempatku berada. Ku pandangi seluruh sudut ruangan. Berharap aku dapat menemukan papa,mama dan ataupun dewi. Tapi aku tak melihat mereka,dimanakah mereka?mungkin mereka sekarang sedang sarapan,batinku. Pandanganku terhenti pada rangkaian bunga di mejaku.
“Bunga-bunga ini masih segar,pasti baru saja di petik. Tapi siapa ya?ach..mungkin dewi.”batinku. ku ambil beberapa tangkai bunga. Sungguh indah sekali bunga ini,kupandangi terus bungaitu. Kupandangi setiap lekuk keindahannya. Tak bosan-bosannya ku pandangi bunga itu.
“Kau suka bunga itu?suara itu sungguh-sungguh mengagetkanku. Hampir saja bunga itu terlepas dari genggamanku.
“Oh dewi..,kau sungguh mengagetkanku.”kataku. ku lihat dia membawa tempat yang berisi makan untukku.
“Bunga dari siapakah ini?”tanyaku ke dewi.
“Itu bunga dari pria pucat yang kemarin malam bersamamu di taman.”
“Maksudmu Giza?”
“ Iya,tadi aku bertemu dendannya di lbi rumah sakit dengan membawa barang-barang. Lalu dia menitipkan bunga ini untukmu.” Aku hanya mengangguk dan segera bangun dari tempat tidurku.
“Eh,mau kemana kau?tanya dewi,dia berusaha menghentikanku.
“ Aku hanya ingin bertemu dengannya dan mengucapkan terima kasih padanya.”
“Tunggu…,kau jangan banyak,….” Belumdewi meneruska kalimatnya. Aku sudah mencoba pergi dari ruangan tempatku berada. Sesampainya aku di lobi rumah sakit,aku tak dapat menemukan Giza. Di mankah Giza sekarang berada?hatiku terus bertanya-tanya. Lalu ku coba mendatangi tempat dimana Giza di rawat. Ya,ruangan Giza sangat indah dan rapi. Saat nyaman saat aku berad di ruangan Giza berada. Tapi,aku tetap tidak dapak menemukan sesoosok pria pucat yang sedang aku cari dari tadi.
“ Apkah anda yang bernam Tika?” Tanya seorang perawat yang membuatku kaget. Karena dari tadi aku tidak menyadari keberadaannya.
“ Iya saya TIka. Maaf ada pa ya?” tanyaku kepada perawat itu.
“ Saya Cuma mendapat pesanan dari seorang laki-laki . katanya bila da gadis bernam Tika,saya di suruh meberikan surat ini kepada anda.” Kat perawat itu sambil memberikan aku sepucuk surat yang begitu rapi.
“ Oh,makasih banyak ya!” jawabku.
“ Iya,sama-sama.” Lalu perawat itu pun pergi dan mulai meninggalkan ruanngan tempat aku berada. Aku pun mulai membuka surat ini dengan perlahan-lahan dan dengan rasa penasaran. Apa tujuan Giza memberkan aku surat ini? Apa yang telah terjadi dengan Giza? Hatiku pun mulai bertanya-tanya.



Sekata demi sekata ku salami makna dari isi surat itu. Ternyata di surat itu di tuliskan bahwa Giza sudah tidak berada di tempat ini lagi. Dia sudah di ajak oleh adik ayahnya untuk pindah ke Singapura. Di surat itu juga di tuliskan dia minta izin kepadaku, dia juga sayang sama aku sejak peristiwa di taman itu. Dia juga berharap bahwa aku harus terus berjuang melawan penyakit ini. Karna di surat ini dikatakan bahwa aku dan Giza akan memperjuangkannya bersama-sama. Aku juga mesti selalu bersyukur dengan apa yang di berikan tuhan untukku. Karna tuhan pasti sudah memiliki jaln unyukku. Tak tersa air mata ini menetes di kedua pipi ku. Secepat inikah Giza pergi meninggalkanku.
“ Giza..,terima kasih atas semua yang kau berikan kepadaku. Kau telah mengajarkanku banyak hal. Semoga kau bisa mendapatkan kebahagiaan engan orang-orang yang masih menyayangimu. Giza..,aku sayang kamu. Dan aku pasti akn selalu merindukanmu. Aku harap kau tidak akan pernah melupakan bintang-bintang kita.” Kataku pelan. Aku harp Giza dapat bahagia disana karna bahagiannya dia adalah bahagiaku. Semoga saja suatu saat nanti kita dapat bertemu lagi. Selamat tinggal Giza…, aku sayang kamu..!!!


GaLuh KarTika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Harap memberi komentar yang sopan

Designed By