Seperti
malam ini,aku sedang memandang bintang-bintang yang diciptakan oleh Tuhan.
Bintang-bintang mala mini banyak sekali,berkelap kelip menghias langit malam
yang hitam pekat. Di sisi lain bulan pun terlihat gembira menemani bintang-bintang
yang berkelap-kelip dengan cahayanya yang indah. Menghadirkan dunia malam ini
begitu indah. Aku sangat bersyukur karena hingga saat ini Tuhan masih memberiku
kesempatanuntuk menyaksikan keindahan mala mini.
Aku
percaya bahwa tuhan akan selalu ada bersama kita. Tak perduli separah apa pun
penyakit yang kita derita. Tuhan akan selalu ada bersama kita. Malam semakin larut,bintang-bintang semakin
memperindah malam ini. Aku tak henti-hentinya berdecak kagum. Ku coba untuk
menerka-nerka macam-macam rasi bintang. Tapi hal itu sulit,karena aku kurang
tau letak-letak rasi bintang tersebut.
“Hay,sedang
melihat bintang ya?”Tanya seseorang dari belakangku. Aku menoleh dan berharap
itu bukan Dewi. Karena dia pasti akan mengajakku kembali ke kamar.Samar-samar wajah
orang itu pun terlihat. Giza…,ya dia Giza. Aku masih mengingat wajahnya yang
tampan walaupun sedikit pucat. Aku mengenal dia karna aku pernah bertemu dengan
dia di lobi RS.
“Bolehkah
aku begabung bersamamu?” Tanya nya sekali lagi. Aku hanya mengangguk pertanda
setuju. Dan dia pun segera duduk di bangku panjang sebelahku.
“Hay,siapa
nama mu? Dan dimana teman kamu itu?”tanyanya
“
Namaku Tika, dan teman yang kau maksud itu adalah Dewi. Dia sekarang pasti lagi
di kamar bersama mama dan papa.”jawabku. ku lihat dia hanya mengangguk lalu
menolehkan kepalanyauntuk melihat bintang.
“Kau
tau,sebelum kau disini. Biasanya aku selalu datang kesini untuk melihat
bintang. Tapi sejak ada kau kini,aku tak merasa kesepian.” Dia berhenti
sejenak,seolah-olah ingin memikirkan sesuatu. Lalu dia melanjutkan
pembicaraannya.
“
Kau sungguh sangat beruntung. Di saat kau sakit begini,ada orang tua dan
sahabat yang selalu mendampingimu. Jujur…,aku merasa sangat iri padamu.”
Aku
terpaku mendengar kata-katanya. Aku tak bisa mengatakan apa-apa. Aku teringat
papa,mama dan Dewi. Mereka selalu
mendampingiku setiap saat. Tanpa kenal lelah mereka selalu menjagaku. Tak
pernah terpikirkan olehku selama ini,bagaimana susahnya mereka merawatku. Aku
tak pernah berpikir bagaimana pengorbanan papa,mama dan dewi. Aku ini adalah
orang yang egois dan keras kepala. Tanpa
terasa air mata mengalir membasahi kedua pipi ini. Giza terkejut saat
menyaksikan aku menangis.
“
Kenapa kau menangis?apakah aku mengatakan sesuatu yang menyakitimu?”tanyanya.
tapi aku hanya menggeleng.
“
Lalu kenapa kau menangis? Certalah padaku? “Lalu kata demi kata mulai ku
ceritakan kepada Giza.
“
Aku menagis karena aku merasa bersalah pada papa,mama,dan dewi. Aku sudah
menyusahkan meraka selama ini. Aku ini egois dank eras kepala. Karena aku papa
harus bekerja keras siang dan malam hanya untuk pengobatan penyakitku yang tak
ada akhirnya. Dewi dan mama juga begitu. Setiap hari mereka selalu menjagaku
dan merawatku. Kalu mereka terlalu mengurusi aku, bisa-bisa kesehatan mereka
bisa terganggu. Dan aku tak ingin mereka seperti itu. Mungin jika aku
mati,semua akan menjadi lebih baik.”
“Tika..!!
dengarkan aku!”kata Giza dengan nada yang tinggi.
“
Kau jangan pernah berpikir untuk mati hanya karna penyakit seperti ini. Apa kau
tidak kasihan pada papa,mama,dan juga dewi. Mereka selalu merawatmu, berharap
kelak kau akan sembuh suatu hari nanti. Apa kau tega mengecewakan harapan
orang-orang yang telah sayang padamu?”Aku hanya bisa menunduk, aku tak berani
memandang wajah Giza. Giza benar,bila aku mati. Mam,papa,dan dewi pasti akan
sangat sedih. Dan aku tak ingin mereka seperti itu.
“Tika,coba
kau tatap aku, apa yang kau lihat dari wajahku ini?”perintah Giza. Aku mencoba
untuk menatap wajah Giza. Bisa ku lihat wajahnya yang pucat dan matanya yang
sayu. Dari matanya dapat kurasakan bahwa ia sangat kesepian. Tak ada teman yang
bisa di ajak berbagi baik suka atau duka.
“
Apa yang kau lihat?”
“
Kau terlihat kesepian.” Giza menghembuskan nafas panjang dan kemudian terdiam
sejenak merenungi sesuatu.
“
Kau sungguh beruntung Tika!” katanya memecah kesunyian.
“
Kau mempunyai orang tua dan sahabat yang selalu siap melayani apa yang kau
butuhkan. Mereka sangat menyayangimu,selalu hadir di sisimu. Aku tak akn pernah
bisa sepertimu. Karna kau tak punya orang yang selalu hadir di sisiku. Setiap
sakit,aku selalu sendiri dan selalu snediri. Tak ada yang menemaniku. Aku
berjuang melawan penyakit ini seorang diri. Dan aku tak ingin dikalahkan oleh
penyakit ini. Aku harus menang,akan aku tunjukan kepada mereka,bahwa aku bisa
melakukan ini semua seorang diri.”kata Giza dengan semangat. Aku mengerti
perasaannya. Tapi di manakh orang tua nya?.
“Giza,bolehkah
aku bertanya kepadamu?tanyaku
“Silahkan..”
“Di
mankah ke dua orang tuamu?”tanyaku dengan suara yang perlahan. Aku takut kalau
pertanyaanku itu nanti akan melukai Giza. Giza hanya terdiam,suasana menjadi
hening. Giza hanya menunduk saja tanpa mengucapkan sepatah katapun. Aku juga
terdiam. Suasana bertambah menjadi hening dan sepi. Hanya ada tiupan angin
malam yang sangat dingin hingga menusuk tulang.
“
Kedua orang tyuaku telah meninggal tika.”jawab Giza lirih. Aku semakin terdiam
setelah mendengar jawaban dari Giza. Aku tak menyangka jika Giza begitu
kesepian. Aku memang sangat beruntung karna aku masih punya orang-orang yang
perduli dan saying kepadaku.
“Maaf
Giza,aku tak bermaksud membuatmu menjadi sedih.” Kataku.
“Iya,aku
tau maaf telah membuatmu menjadi berpikir yang macam-macam.”jawabnya. kami
berdua terdiam sesaat.
“Tika
coba kau lihat itu?”Tanya Giza. Aku hanya menggeleng.
“
Aku tak tau macam-macam rasi bintang.”jawabku.
“Itu
adalah leo.” Jawab giza.
“
Dan tak jadi masalah jika kau tak tau macam-macam rasi bintang. Yang kau
butuhkan hanyalah imajinasi. Gunakan imajinasimu untuk melihat-lihat
bentuk-bentuk dari rasi bintang tersebut.” Aku menuruti kata-kata Giza.
Kupandangi bintang-bintang itu sembari berpikir.
“Ya,itu
adalah orcha.” Kataku riang sambil menunjuk ke salah satu kelompok bintang itu.
“Bagus..!”
jawab Giza. Dan kami pun menjalani asyiknya menebak-nebak rasi bintanghingga
tak sadar bahwa malam semakin larut. Dan dewi pun menjemputku.
“
Tika,sekarang sudah saatnya kembali ke kamar.”kata dewi.
“Yah..Dewi,aku
masih ingin berada di sini.”pintaku. dewi pun hanya menatapku dengan tajam
seolah-olah dia ingin memarahiku.
“Jangan
tatap aku seperti itu,memangnya kau piker aku dalah siapa?”
“Aku
adalah orcha. Dan kini saatnya kau kembali ke kamarmu.” Aku hanya tersanyum
mendengar dewi. Karna memang sejak dulu aku ingin sekali menjadi orcha.
Berenang dengan bebas di lautan yang luas.
“Giza,aku
kembali dulu ya. Terima kasih karna kau telah menemaniku mala mini.” Kataku.
Giza hanya tersenyum. Dan akupun kembali ke kamarku untuk istirahat.
###
Pagi
yang cerah kini telah datang. Sang suya kembali menjalankan tugasnya untuk menerangi
dunia ini. Membagi energi kepada seluruh makhluk hidup di dunia iniuntuk
menjalankan aktivitas mereka sehari-hari.
Sayup-sayup
ku dengar suara burung berkicau dari luar jendela. Burung-burung itu bernyanyi
dengan sangat riang. Menyanyikan lagu selamat pagi bagi sang surya. Matahari
musim semi yang hangat perlahan-lahan mulai menghangatkan ruangan tempatku
berada. Ku pandangi seluruh sudut ruangan. Berharap aku dapat menemukan
papa,mama dan ataupun dewi. Tapi aku tak melihat mereka,dimanakah mereka?mungkin
mereka sekarang sedang sarapan,batinku. Pandanganku terhenti pada rangkaian
bunga di mejaku.
“Bunga-bunga
ini masih segar,pasti baru saja di petik. Tapi siapa ya?ach..mungkin
dewi.”batinku. ku ambil beberapa tangkai bunga. Sungguh indah sekali bunga
ini,kupandangi terus bungaitu. Kupandangi setiap lekuk keindahannya. Tak
bosan-bosannya ku pandangi bunga itu.
“Kau
suka bunga itu?suara itu sungguh-sungguh mengagetkanku. Hampir saja bunga itu
terlepas dari genggamanku.
“Oh
dewi..,kau sungguh mengagetkanku.”kataku. ku lihat dia membawa tempat yang
berisi makan untukku.
“Bunga
dari siapakah ini?”tanyaku ke dewi.
“Itu
bunga dari pria pucat yang kemarin malam bersamamu di taman.”
“Maksudmu
Giza?”
“
Iya,tadi aku bertemu dendannya di lbi rumah sakit dengan membawa barang-barang.
Lalu dia menitipkan bunga ini untukmu.” Aku hanya mengangguk dan segera bangun
dari tempat tidurku.
“Eh,mau
kemana kau?tanya dewi,dia berusaha menghentikanku.
“
Aku hanya ingin bertemu dengannya dan mengucapkan terima kasih padanya.”
“Tunggu…,kau
jangan banyak,….” Belumdewi meneruska kalimatnya. Aku sudah mencoba pergi dari
ruangan tempatku berada. Sesampainya aku di lobi rumah sakit,aku tak dapat
menemukan Giza. Di mankah Giza sekarang berada?hatiku terus bertanya-tanya.
Lalu ku coba mendatangi tempat dimana Giza di rawat. Ya,ruangan Giza sangat
indah dan rapi. Saat nyaman saat aku berad di ruangan Giza berada. Tapi,aku
tetap tidak dapak menemukan sesoosok pria pucat yang sedang aku cari dari tadi.
“
Apkah anda yang bernam Tika?” Tanya seorang perawat yang membuatku kaget.
Karena dari tadi aku tidak menyadari keberadaannya.
“
Iya saya TIka. Maaf ada pa ya?” tanyaku kepada perawat itu.
“
Saya Cuma mendapat pesanan dari seorang laki-laki . katanya bila da gadis
bernam Tika,saya di suruh meberikan surat ini kepada anda.” Kat perawat itu
sambil memberikan aku sepucuk surat yang begitu rapi.
“
Oh,makasih banyak ya!” jawabku.
“
Iya,sama-sama.” Lalu perawat itu pun pergi dan mulai meninggalkan ruanngan
tempat aku berada. Aku pun mulai membuka surat ini dengan perlahan-lahan dan
dengan rasa penasaran. Apa tujuan Giza memberkan aku surat ini? Apa yang telah
terjadi dengan Giza? Hatiku pun mulai bertanya-tanya.
Sekata
demi sekata ku salami makna dari isi surat itu. Ternyata di surat itu di tuliskan
bahwa Giza sudah tidak berada di tempat ini lagi. Dia sudah di ajak oleh adik
ayahnya untuk pindah ke Singapura. Di surat itu juga di tuliskan dia minta izin
kepadaku, dia juga sayang sama aku sejak peristiwa di taman itu. Dia juga
berharap bahwa aku harus terus berjuang melawan penyakit ini. Karna di surat
ini dikatakan bahwa aku dan Giza akan memperjuangkannya bersama-sama. Aku juga
mesti selalu bersyukur dengan apa yang di berikan tuhan untukku. Karna tuhan
pasti sudah memiliki jaln unyukku. Tak tersa air mata ini menetes di kedua pipi
ku. Secepat inikah Giza pergi meninggalkanku.
“
Giza..,terima kasih atas semua yang kau berikan kepadaku. Kau telah
mengajarkanku banyak hal. Semoga kau bisa mendapatkan kebahagiaan engan
orang-orang yang masih menyayangimu. Giza..,aku sayang kamu. Dan aku pasti akn
selalu merindukanmu. Aku harap kau tidak akan pernah melupakan bintang-bintang
kita.” Kataku pelan. Aku harp Giza dapat bahagia disana karna bahagiannya dia
adalah bahagiaku. Semoga saja suatu saat nanti kita dapat bertemu lagi. Selamat
tinggal Giza…, aku sayang kamu..!!!
GaLuh
KarTika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Harap memberi komentar yang sopan