Breaking News

Puisi

Gadget

Cerpen

Business

Minggu, 23 Februari 2014

Kusesali Kesalahanku

              Malam mulai datang, langit pun tampak kelam ditambah suara gemericik air suci yan turun dari surga. Air yang sedari tadi menembus tubuhku, menuju tulang-tulangku hingga kurasakan dingin di sekujur tubuhku. Air hujan pun terus menetes dari langit, sama halnya dengan air mataku yang terus menetes tak mau berhenti.
              Dengan wajah pucat dan langkah putus asa, aku terus menusuri jalan tanpa arah yang pasti, mungkin inilah pertanggungjawaban dari perbuatan yang kulakukan. Aku diusir oleh orangtuaku, tapi bukan karena mereka tak sayang denganku, tapi aku telah membuat mereka malu, mereka sudah membesarkan aku hingga berumur 20 tahun dan mereka berharap aku bias membanggakan mereka, tapi apa nyatanya, aku sudah melakukan hal yang melanggar agama juga melanggar hokum, aku sudah terjerat ke dalam dunia yang kelam, pil berwarna kuning yang berukuran kecil itu yang membuat masa depan serta kehidupanku hancur. Tapi aku menyesal melakukan ini semua, aku ingin bertaubat pada yang Kuasa, tapi apakah Dia akan mengampuniku? Tuhan . . . maafkanlah kesalahanku . . .
              Sudah 1 jam lebih aku berjalan tanpa arah yang pasti, hingga akhirnya aku mendengar suara klakson mobil avanza menuju ke arahku, aku pun berusaha menghindar, tapi nasib berkata lain, akhirnya . . . . . .
aaaaaagghhhh . . . . . . . spontan aku menjerit dan saat itu pun aku tak sadar lagi, aku tak tahu apakah aku terpelanting menuju sungai, atau tersangkut ranting pohon, ataukah aku sudah berada di surga? Oh bukan, lebih tepatnya neraka, yeah.
             Akhirnya akupun merasakan tubuhku terbaring di suatu tempat, tapi aku tak tahu di mana, ataukah ini yang namanya neraka? Oh tidak . . .
Kemudian datanglah seorang lelaki tampan yang menghampiriku. Kupikir dialah Malaikat Penjaga Neaka, tapi akhirnya dia membuyarkan lamunanku.
            “ Hey . . . uda sadar mbak ? “ katanya dengan lembut.
            “ Eh . . eh . . aku jangan disiksa ya Malaikat, ampun . . ampun . . “
            “ Hweh ?? apha ?? Malaikat ?? hellow ?? alu ini manusia biasa kale . . kenalin aku Fariz, kamu siapa ?
            “Aku gak di akhirat? Oh . . terimakasih Tuhan . . aku pikir pikir aku uda ada di akhirat, eh iya, namaku Oliv “ .
            “Rumah kamu di mana ? biar aku anter pulang “ .
Aku tak menjawab pertanyaan Fariz karena aku juga tak tahu harus ke mana.
            “ Hey . . . koq ngelamun zey ? “
            “ Ah, enggak koq, emmm . . . sebenernya aku lagi nyari apartment “ .
            “ Oohhh . . . kalo gak keberatan mendingan tinggal di sini aja untuk sementara, akan kubanu kamu nyari apartment “ .
            “ Gak papa nich ? kamu di sini tinggal ma siapa ? “
            “ Aku tinggal sendiri, aku di sini ngontrak, aku kuliah di UM “ .
            “ Ouww . . . tapi apa kata orang kalo kita tinggal berdua serumah ? “
            “ Udahlah gak papa, aku jani gak akan ngapa-ngapain kamu koq “ .
            “ Ya udah dech, makasih yeah ataz semuanya “ .
            “ Udahlah, biasa jach dech “ .
Andai Fariz tahu semua tentang aku, dia pasti kecewa, dia pasti akan membenciku, dia mungkin sudah mengusirku dari sini, aku gak mau itu semua terjadi, dalam hatiku aku berkata.

             “ Hey . . . bangun !! kamu gak shalat shubuh ? “
Oh iya, aku teringat kalo selama ini aku gak pernah melaksanakan kewajibanku untuk shalat. Inilah saatnya aku bertaubat kepada Allah,, batinku dalam hati .
             “ Lohh . . . koq malah ngelamun “ .
             “ Eh, enggak koq, ya uda aku ambil air wudlu dulu yea “ .
             “ Yea uda, aku tungu kamu, kita ke masjid bareng-bareng yea “ .
             “ OK “ .
Selesai wudlu aku menghampiri Fariz yang sedari tadi menungguku.
             “ Ayo liv, kita berangkat “ .
             “ Oh iya, kita cepet-cepet biar gak telat “ .
Setelah aku memohon ampun pada Sang Kuasa, aku pun bergegas meninggalkan rumah Allah dan menujurumah Fariz.


             Beberapa hari di rumah Fariz rasanya aku dan dia layaknya sepasang suami istri yang tinggal berdua dakam satu atap.
             “ Liv, kita ngobrol-ngobrol di teras rumah yuk, sambil mandangin bintang-bintang “ .
             “ Ngapain bintang dipandangin, sampe kiamat bentuknya gitu-gitu aja”. Aku memulai candaku biar suasananya gak telalu kaku meskioun sebenarnya hatiku gelisah.
             “ Tapi pancaran sinarnya kan indah “ .
             “ Ah elu sok romantis Riz “ .
Di malam yang indah ini, aku memohon kepada Allah agar semua dosa yang kulakukan diampuni oleh-Nya. Dan di saat itu air mataku mulai membasahi mata dan pipi manisku. Fariz yang sedari tadi masih duduk di sampingku bingung kenapa tibatiba aku menangis, dan di saat itu pula dia menarik tubuh mungilku ke dalam pelukannya, aku pun menangis dalam dekapan Fariz.
             “ Kamu kenapa Liv ? “
Aku tak menjawab pertanyaan Fariz.
             Malam ini begitu sepi, hanya ada suara dag-dig-dug yang memecah kesunyian malam, tapi aku tak tahu apakah itu suara jantung Fariz ataukah jantungku ? sebelumnya aku tak pernah merasakan getaran ini ketika dipeluk cowok, inikah yang namanya getaran cinta ? sejak kapan rasa itu muncul ?
             Rasanya bahu Fariz sudah basah oleh air mataku, akhirnya aku melepas pelukan Fariz dan mulai membuka mulutku.
             “ Riz, aku pengen ngomong ama kamu, kamu jangan marah atau benci ama aku yach ? “
             “ Emangnya mau ngomong apa’an sich ? kelihatannya serius banget “.
             “ Emmm . . . sebenarnya aku nich bukan anak baek-baek “ .
             “ Apa maksudmu ? “
             “ Aku . . aku pernah . . . terlibat dalam narkoba, tapi aku menyesal Riz aku ingin kembali ke jalan yang lurus, maaf aku baru menceritakan saat ini “ .
             “ Hah ?? narkoba ?? kamu gak bohong kan ? “
             “ Enggak Riz “ .
             “ Tak kusangka Oliv, gadis yang begitu polos padaku, tenyata penilaianku salah, aku kecewa ma kamu, aku gak mau di rumahku ada pecandu narkoba, aku gak mau liat kamu lagi, kamu udach menipuku . . ternyata kamu setan bertopeng malaikat !!
             “ Fariz, tapi aku ingin bertaubat, dan sebenarnya aku nyari apartment karena aku diusir oleh orangtuaku,, Fariz ka . . . .
             “ Udahlah Liv, simpan semua kata-katamu, aku muak mendengarnya “.
             “ Fariz dengerin aku, aku bener-bener bertaubat, aku ingin kamu Bantu aku menuju jalan yan lurus, Riz !! “
             “ Cukup Riz, cukup !! “
             “ OK, aku akan pergi kalo itu mau kamu, aku gak akan ganggu kamu lagi, aku akn pergi jauh-jauh dari kehidupanmu !!”
             Tak kuasa aku membendung air mataku, aku langsung berlari meninggalkan rumah Fariz, namun aku tak tahu harus pergi ke mana. Hingga di perempatan jalan aku terus berjalan , tapi rasanya ada yang memanggil-manggil namaku, aku pun memutar kepalaku dan menghentikan langkahku.
             “ Liv . . . Oliv . . . tunggu Liv . . . kamu jangan pergi dulu “ .
             “ Apa lagi Riz, kamu ingin melanjutkan memaki aku ? “
             “ Liv, dengerin aku, aku tadi terbawa emosi, saat kamu pergi, aku merasa ada yang hilang dari hidupku, aku merasa cintaku telah hilang “ .
             “ Entah sejak kapan aku merasakan ini Liv, aku jatuh hati padamu, saat pertama kita bertemu, aku uda mulai menyukaimu, aku tertarik denganmu, namun beberapa hari kamu tinggal di sini, hari-hariku bahagia Liv, aku cinta sama kamu, aku ingin hidup denganmu Liv, mungkin bagimu ini terlalu cepat, tapi aku sungguh-sungguh Liv, kamu amau kan nerima aku ? “
              Aku hanya diam, aku bingung harus merespon apa, aku juga bingung harus menatap kea rah mana, karena mata Fariz hanya tertuju padaku yang membuatku semakin deg-degan. Akhirnya aku pun menundukkan kepalaku pertanda aku menerima Fariz.
               “ Aku juga cinta sama kamu Riz “ .
Reza pun langsung mengangkat tubuhku, dia menggendongku seakan dunia hanya milik kita berdua.
                “ Liv, aku anter kamu ke orangtua kamu yah, kamu minta maaf yach sama mereka, kamu buktikan kalo kamu beneran berubah, aku juga mau minta reztu apakah boleh anaknya yang cantik ini jadi milik aku “ .
                “ Iiccchhhhh . . . Fariz . . . jadi malu . . “
Di bawah sinar rembulan, aku bersyukur pada Tuhan karma Dia mengirim Fariz untukku .





BY : Pizcan grandby 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Harap memberi komentar yang sopan

Designed By