Malam mulai datang, langit pun
tampak kelam ditambah suara gemericik air suci yan turun dari surga. Air yang
sedari tadi menembus tubuhku, menuju tulang-tulangku hingga kurasakan dingin di
sekujur tubuhku. Air hujan pun terus menetes dari langit, sama halnya dengan
air mataku yang terus menetes tak mau berhenti.
Dengan wajah pucat dan langkah
putus asa, aku terus menusuri jalan tanpa arah yang pasti, mungkin inilah
pertanggungjawaban dari perbuatan yang kulakukan. Aku diusir oleh orangtuaku,
tapi bukan karena mereka tak sayang denganku, tapi aku telah membuat mereka
malu, mereka sudah membesarkan aku hingga berumur 20 tahun dan mereka berharap
aku bias membanggakan mereka, tapi apa nyatanya, aku sudah melakukan hal yang
melanggar agama juga melanggar hokum, aku sudah terjerat ke dalam dunia yang
kelam, pil berwarna kuning yang berukuran kecil itu yang membuat masa depan
serta kehidupanku hancur. Tapi aku menyesal melakukan ini semua, aku ingin
bertaubat pada yang Kuasa, tapi apakah Dia akan mengampuniku? Tuhan . . .
maafkanlah kesalahanku . . .
Sudah 1 jam lebih aku berjalan
tanpa arah yang pasti, hingga akhirnya aku mendengar suara klakson mobil avanza
menuju ke arahku, aku pun berusaha menghindar, tapi nasib berkata lain, akhirnya
. . . . . .
aaaaaagghhhh . . . . . . . spontan
aku menjerit dan saat itu pun aku tak sadar lagi, aku tak tahu apakah aku
terpelanting menuju sungai, atau tersangkut ranting pohon, ataukah aku sudah
berada di surga? Oh bukan, lebih tepatnya neraka, yeah.
Akhirnya akupun merasakan tubuhku
terbaring di suatu tempat, tapi aku tak tahu di mana, ataukah ini yang namanya
neraka? Oh tidak . . .
Kemudian datanglah seorang lelaki
tampan yang menghampiriku. Kupikir dialah Malaikat Penjaga Neaka, tapi akhirnya
dia membuyarkan lamunanku.
“ Hey . . . uda sadar mbak ? “
katanya dengan lembut.
“ Eh . . eh . . aku jangan disiksa
ya Malaikat, ampun . . ampun . . “
“ Hweh ?? apha ?? Malaikat ??
hellow ?? alu ini manusia biasa kale . . kenalin aku Fariz, kamu siapa ?
“Aku gak di akhirat? Oh . . terimakasih
Tuhan . . aku pikir pikir aku uda ada di akhirat, eh iya, namaku Oliv “ .
“Rumah kamu di mana ? biar aku
anter pulang “ .
Aku tak menjawab pertanyaan Fariz
karena aku juga tak tahu harus ke mana.
“ Hey . . . koq ngelamun zey ? “
“ Ah, enggak koq, emmm . . .
sebenernya aku lagi nyari apartment “ .
“ Oohhh . . . kalo gak keberatan mendingan
tinggal di sini aja untuk sementara, akan kubanu kamu nyari apartment “ .
“ Gak papa nich ? kamu di sini
tinggal ma siapa ? “
“ Aku tinggal sendiri, aku di sini
ngontrak, aku kuliah di UM “ .
“ Ouww . . . tapi apa kata orang kalo
kita tinggal berdua serumah ? “
“ Udahlah gak papa, aku jani gak
akan ngapa-ngapain kamu koq “ .
“ Ya udah dech, makasih yeah ataz
semuanya “ .
“ Udahlah, biasa jach dech “ .
Andai Fariz tahu semua tentang
aku, dia pasti kecewa, dia pasti akan membenciku, dia mungkin sudah mengusirku
dari sini, aku gak mau itu semua terjadi, dalam hatiku aku berkata.
“ Hey . . . bangun !! kamu gak
shalat shubuh ? “
Oh iya, aku teringat kalo selama
ini aku gak pernah melaksanakan kewajibanku untuk shalat. Inilah saatnya aku
bertaubat kepada Allah,, batinku dalam hati .
“ Lohh . . . koq malah ngelamun “
.
“ Eh, enggak koq, ya uda aku ambil
air wudlu dulu yea “ .
“ Yea uda, aku tungu kamu, kita ke
masjid bareng-bareng yea “ .
“ OK “ .
Selesai wudlu aku menghampiri
Fariz yang sedari tadi menungguku.
“ Ayo liv, kita berangkat “ .
“ Oh iya, kita cepet-cepet biar
gak telat “ .
Setelah aku memohon ampun pada
Sang Kuasa, aku pun bergegas meninggalkan rumah Allah dan menujurumah Fariz.
Beberapa hari di rumah Fariz
rasanya aku dan dia layaknya sepasang suami istri yang tinggal berdua dakam
satu atap.
“ Liv, kita ngobrol-ngobrol di
teras rumah yuk, sambil mandangin bintang-bintang “ .
“ Ngapain bintang dipandangin,
sampe kiamat bentuknya gitu-gitu aja”. Aku memulai candaku biar suasananya gak
telalu kaku meskioun sebenarnya hatiku gelisah.
“ Tapi pancaran sinarnya kan indah “ .
“ Ah elu sok romantis Riz “ .
Di malam yang indah ini, aku
memohon kepada Allah agar semua dosa yang kulakukan diampuni oleh-Nya. Dan di
saat itu air mataku mulai membasahi mata dan pipi manisku. Fariz yang sedari
tadi masih duduk di sampingku bingung kenapa tibatiba aku menangis, dan di saat
itu pula dia menarik tubuh mungilku ke dalam pelukannya, aku pun menangis dalam
dekapan Fariz.
“ Kamu kenapa Liv ? “
Aku tak menjawab pertanyaan Fariz.
Malam ini begitu sepi,
hanya ada suara dag-dig-dug yang memecah kesunyian malam, tapi aku tak tahu
apakah itu suara jantung Fariz ataukah jantungku ? sebelumnya aku tak pernah
merasakan getaran ini ketika dipeluk cowok, inikah yang namanya getaran cinta ?
sejak kapan rasa itu muncul ?
Rasanya bahu Fariz sudah basah
oleh air mataku, akhirnya aku melepas pelukan Fariz dan mulai membuka mulutku.
“ Riz, aku pengen ngomong ama
kamu, kamu jangan marah atau benci ama aku yach ? “
“ Emangnya mau ngomong apa’an sich
? kelihatannya serius banget “.
“ Emmm . . . sebenarnya aku nich
bukan anak baek-baek “ .
“ Apa maksudmu ? “
“ Aku . . aku pernah . . .
terlibat dalam narkoba, tapi aku menyesal Riz aku ingin kembali ke jalan yang
lurus, maaf aku baru menceritakan saat ini “ .
“ Hah ?? narkoba ?? kamu gak
bohong kan ?
“
“ Enggak Riz “ .
“ Tak kusangka Oliv, gadis yang
begitu polos padaku, tenyata penilaianku salah, aku kecewa ma kamu, aku gak mau
di rumahku ada pecandu narkoba, aku gak mau liat kamu lagi, kamu udach menipuku
. . ternyata kamu setan bertopeng malaikat !!
“ Fariz, tapi aku ingin bertaubat,
dan sebenarnya aku nyari apartment karena aku diusir oleh orangtuaku,, Fariz ka
. . . .
“ Udahlah Liv, simpan semua
kata-katamu, aku muak mendengarnya “.
“ Fariz dengerin aku, aku
bener-bener bertaubat, aku ingin kamu Bantu aku menuju jalan yan lurus, Riz !!
“
“ Cukup Riz, cukup !! “
“ OK, aku akan pergi kalo itu mau
kamu, aku gak akan ganggu kamu lagi, aku akn pergi jauh-jauh dari kehidupanmu
!!”
Tak kuasa aku membendung air
mataku, aku langsung berlari meninggalkan rumah Fariz, namun aku tak tahu harus
pergi ke mana. Hingga di perempatan jalan aku terus berjalan , tapi rasanya ada
yang memanggil-manggil namaku, aku pun memutar kepalaku dan menghentikan
langkahku.
“ Liv . . . Oliv . . . tunggu Liv
. . . kamu jangan pergi dulu “ .
“ Apa lagi Riz, kamu ingin
melanjutkan memaki aku ? “
“ Liv, dengerin aku, aku tadi
terbawa emosi, saat kamu pergi, aku merasa ada yang hilang dari hidupku, aku
merasa cintaku telah hilang “ .
“ Entah sejak kapan aku merasakan
ini Liv, aku jatuh hati padamu, saat pertama kita bertemu, aku uda mulai
menyukaimu, aku tertarik denganmu, namun beberapa hari kamu tinggal di sini,
hari-hariku bahagia Liv, aku cinta sama kamu, aku ingin hidup denganmu Liv, mungkin
bagimu ini terlalu cepat, tapi aku sungguh-sungguh Liv, kamu amau kan nerima
aku ? “
Aku hanya diam, aku bingung harus
merespon apa, aku juga bingung harus menatap kea rah mana, karena mata Fariz
hanya tertuju padaku yang membuatku semakin deg-degan. Akhirnya aku pun
menundukkan kepalaku pertanda aku menerima Fariz.
“ Aku juga cinta sama kamu Riz “
.
Reza pun langsung mengangkat
tubuhku, dia menggendongku seakan dunia hanya milik kita berdua.
“ Liv, aku anter kamu ke
orangtua kamu yah, kamu minta maaf yach sama mereka, kamu buktikan kalo kamu
beneran berubah, aku juga mau minta reztu apakah boleh anaknya yang cantik ini
jadi milik aku “ .
“ Iiccchhhhh . . . Fariz . . .
jadi malu . . “
Di bawah sinar rembulan, aku
bersyukur pada Tuhan karma Dia mengirim Fariz untukku .
BY
: Pizcan grandby
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Harap memberi komentar yang sopan